Amaterasu, Adik Susanoo dan Tsukuyomi, Putri Izanami dan Izanagi

Kisah legenda Amaterasu berasal dari era Kojiki dan Nihon Shoki, catatan ini dianggap tertua dalam sejarah Jepang. Dalam mitologi Jepang, Amaterasu adalah adik dari Susanoo dan Tsukuyomi. Ketiganya lahir dari Izanagi ketika dia memurnikan dirinya setelah memasuki Yomi (dunia bawah) yang gagal menyelamatkan Izanami. Pada waktu itu, Amaterasu lahir ketika Izanagi mencuci mata kirinya, Tsukuyomi lahir ketika dia mencuci mata kanan, dan Susanoo lahir ketika dia mencuci hidung.


Bangsawan Jepang mengaku sebagai keturunan dari Dewi Amaterasu, kisah yang terjadi didalam gua, dimana dia mengambil pedang Susanoo, memecahkannya menjadi tiga bagian, memakannya dan kemudian meludahkannya sehingga keluar menjadi tiga sosok Dewa perempuan. Kemudian Susanoo mengambil 500 perhiasan kalung dari adiknya, memakannya dan meludahkannya sehingga keluar sebagai kabut yang membentuk lima Dewa laki-laki. Jadi, delapan dewa ini telah diyakini sebagai nenek moyang bangsawan Jepang.


Dalam kisah-kisah seni Jepang, Dewi Bulan paling sering digambarkan sebagai makhluk baik hati, sering duduk membelakangi saudara lainnya, dia disebut Tsukiyomi-no-Mikoto. Ayam jantan sangat berhubungan karena menandakan matahari terbit, begitu pula gagak (Yata garasu) yang diyakini sebagai utusan sang Dewi. Kuil Shinto di Jepang merupakan kuil besar (Ise Jingu) yang paling penting, kuil ini didedikasikan untuk Amaterasu dan para dewi yang diwakili salah satu simbol, yaitu sebuah cermin segi delapan (Yata kayami).


Legenda Amaterasu, Putri Izanami dan Izanagi


Amaterasu Omikami (Dewa Agung yang menerangi langit), adalah Dewi Matahari, salah satu Dewa yang paling penting dalam agama Shinto dan penguasa Takama-no-Hara, nama lain dari Kami ataupun Roh. Amaterasu juga dikenal sebagai Oho-hir-me-no-muchi atau Amaterasu-oho-hiru-me, dialah putri dari Izanami dan Izanagi yang mengangkat putri mereka menjadi penguasa langit.


Dikisahkan, Izanagi melarikan diri ketika hendak berkunjung ke neraka. Dia harus melakukan ritual pembersihan di sungai Woto, kemudian dari mata kirinya keluar (lahir) Amaterasu. Amaterasu kakak dari Susanoo atau Susa-no-wo (Dewa Badai), Amaterasu terus bertengkar dengan saudaranya yang nakal dan masih muda, hingga akhirnya diasingkan dari surga.


Dalam mitos yang dikenal dalam budaya Jepang, Dewi Amaterasu berada didalam gua setelah bertengkar dengan Susanoo. Pada waktu itu dirinya dikejutkan dengan kuda yang telah dikuliti, ketika Dewi menenun di istana.




Ketika Susanoo meninggalkan Surga atas perintah Izanagi, dia pergi menemui adiknya untuk mengucapkan selamat tinggal. Amaterasu curiga, tapi Susanoo mengusulkan tantangan dan dia menerimanya. Mereka mengambil sebuah senjata dan perhiasan, disebutkan Amaterasu menciptakan tiga wanita dari Totsuka-no-Tsurugi milik Susanoo. Sementara Susanoo menciptakan lima orang pria dari kalung Amaterasu. Amaterasu mengklaim semua yang tercipta itu miliknya karena mereka lahir/tercipta dari kalung, dia memutuskan bahwa dirinya telah memenangkan tantangan. Susanoo gelisah, dalam kemarahannya telah menghancurkan sawah adiknya, melemparkan kuda poni yang dikuliti, dan membunuh salah satu petugasnya. Amaterasu marah dan sedih, dia bersembunyi di dalam Ama-no-Iwato (Gua batu surgawi) sehingga matahari tidak tampak dalam jangka waktu yang panjang. Konsekwensi pengasingan Dewi Amaterasu, saat itu dunia berada dalam kegelapan total dan roh-roh jahat berkeliaran membuat kerusuhan diatas bumi.

Para Dewa mencoba segala macam cara untuk membujuk Amaterasu yang kesal mengurung diri dalam gua. Atas saran Omohi-Kane, kemudian ayam dan gagak diletakkan diluar gua dengan harapan kokok ayam akan membuat Dewi berpikir bahwa fajar telah menyingsing. Para Dewa juga menempatkan pohon Sakaki berukuran besar (Cleyera Japonica) diluar gua yang dihiasi dengan permata berkilau (Magatama), dilengkapi pakaian putih halus dan cermin di tengahnya. Selain itu, Dewi Amenouzume (Ama-no-Uzeme) menari tarian liar diiringi tawa gembira para Dewa lain, sehingga akhirnya membuat rasa keingintahuan Amaterasu untuk membuka pintu gua.


Pintu gua yang tertutup rapat akhirnya terbuka sedikit untuk melihat apa yang sedang terjadi diluar gua. Ketika pandangan sang Dewi terganggu akibat refleksi cahaya cermin, Dewa Ame-no-tajikara-wo menarik sang Dewi keluar dari gua. Tuto-Tamu kemudian menahan Dewi dibalik tiang anyaman jerami, dan dengan tegas menyatakan bahwa Dewi tidak lagi menyembunyikan dirinya dan dunia bisa disinari cahaya matahari.

Susanoo dihukum dengan cara diusir dari Surga, dia turun ke provinsi Izumo dimana dirinya bertemu pasangan tua yang mengatakan bahwa tujuh dari delapan anak perempuan mereka telah dimakan oleh naga berkepala delapan dan berekor delapan. Legenda menyebutkan, naga ini disebut Yamata-no-Orochi, dimana Kushinada-hime akan menjadi mangsa kedelapan. Tetapi Susanoo berhasil membunuhnya sebelum Kushinada-hime dimangsa naga, dia menarik pedang dan mencincangnya kecil-kecil. Ketika dia memotong bagian ekor, tepi pedangnya sedikit berlekuk karena didalam terdapat pedang, pedang ini kemudian disebut Kusa-nagi-no-Tsurugi.


Penguasa Bumi Keturunan Amaterasu


Dalam legenda Amaterasu, anak sang Dewi adalah Ama-no-Oshiho-mimi, dia diangkat oleh ibunya untuk memerintah kerajaan langit. Tetapi ketika dia berdiri di Ama-no-Hashidate (sebuah jembatan yang menghubungkan langit ke bumi) dan melihat banyaknya keributan diantara para Dewa Duniawi, dia merasa lebih kesal dan menolak jabatan itu. Amaterasu kemudian meminta nasihat Taka-mi-Musubi sehingga memaksa Dewan para Dewa diadakan untuk memutuskan pilihan. Keputusan dewan menyatakan untuk mengirim Ama-no-Hoki turun ke bumi dan menilai situasi.


Setelah tiga tahun, belum ada kabar dari Ama-no-Hoki dan keputusan Dewan kedua akhirnya dilaksakan. Kali ini para dewa mengirim Ame-waka-Hiko yang dipersenjatai dengan busur dan anak panah. Dia juga terbukti kurang bisa diandalkan sebagai utusan karena lupa dengan misinya akibat cinta, yang pada akhirnya menikah dengan Shita-teru-hime, putri Oho-kuni-Nushi.


Delapan tahun berlalu tanpa berita, para Dewa akhirnya mengirim utusan baru, Na-naki-me untuk menemukan Ame-waka-Hiko. Ketika Ame-waka-Hiko melihat sasaran berupa seekor burung, dianggapnya sebagai pertanda buruk dan memanahnya dengan salah satu anak panah. Ame-waka-Hiko menggunakan panah Dewa dan sasaran pun ikut terbawa langsung ke langit, mendarat di kaki Taka-mi-Musubi. Dewa segera melemparkan panah kembali ke bumi, tetapi kali ini anak panah itu mendarat di dada Ame-waka-Hiko dan membunuhnya.


Peristiwa ini menyebabkan Dewan memanggil sepertiga Dewa dan memutuskan untuk mengirim Take-mika-zuchi (Dewa Guntur) dan Futsu-Nushi (Dewa Api). Mereka dipersenjatai dengan pedang untuk bernegosiasi dengan Oho-kuni-Nushi (Penguasa Duniawi) dan membujuknya dengan bijaksana untuk mengakui kedaulatan Amaterasu atas bumi serta langit. Oho-kuni-Nushi enggan untuk menyerahkan kekuasaannya tetapi tanpa keributan, dia berkonsultasi dengan kedua putranya.


Putra tertua Koto-shiro-Nushi menasihati ayahnya untuk mengambil jalan damai, tetapi anaknya yang lebih muda (Take-Minakata) menyarankan perlawanan. Tetapi keputusan untuk melawan bukan pilihan bijaksana, mereka harus melawan Take-mika-zuchi, kekuatan mereka tidak sebanding dengan Dewa Guntur. Oho-kuni-Nushi akhirnya menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada Dewi Amaterasu, dan dia memerintah dunia bawah sebagai gantinya.


Kali ini, sekali lagi Amaterasu meminta anaknya Ama-no-Oshiho-mimi untuk memerintah bumi. Dan untuk kedua kalinya dia menolak, kemudian menyarankan agar posisi itu diberikan kepada anaknya, Ningi-no-Mikoto. Amaterasu setuju dan memberi Ningi-no-Mikoto tiga hadiah untuk membantunya dalam perjalanan, tiga hadiah itu antara lain:

Yasakani, sebuah permata atau mutiara, sumber pertengkaran antara Amaterasu dan Susanoo
Yata, cermin dari kisahnya berada di gua
Kusanagi, pedang Susanoo yang diambil dari ekor ular rakasa.

Semua ini telah menjadi tiga lambang kekuasaan Ningi-no-Mikoto (Sanshu no jingi), menjadi regalia kekaisaran dan keturunannya, tak lain adalah Kaisar Jepang. Kaisar pertama, Jimmu (660-585 SM) mendirikan negara Jepang ditahun 660 SM, disebutkan bahwa dirinya adalah keturunan langsung dari Amaterasu. Berdasarkan keyakinan ini, keturunannya juga mengakui diri mereka adalah keturunan Dewa dan bisa melaksanakan kewenangan mutlak.

Sumber:

Comments